Sejak kelas 6 SD . Aku , Anis , dan Firda bersahabat karib . Kemana-mana kita selalu bersama . Rumah kami tak begitu jauh dan juga tak begitu dekat . Biasanya , seusai pelajaran berakhir , kami bermain bersama . Kini kami tak sedekat dulu karena berpisah sekolah . Aku masuk SMP 08 , Anis masuk SMP 20 dan Firda masuk SMP Kartika IV-8 . Namun itu semua tak menjadi penghalang bagi kami tuk selalu bersama . Canda , tawa , suka , duka kita lalui bersama . Di waktu senggang kami selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama . Kami juga memilih bimbingan belajar yang sama sehingga kami lebih sering bertemu dan bercanda tawa .
Suatu saat seketika kami bermain bersama di rumah . Setelah kami
berbincang-bincang lama . Tiba-tiba Anis mengajakku dan Firda untuk ke
bioskop menonton film terbaru dan terpopuler yaitu “Surat Kecil
Untuk Tuhan” .
“Guys , ada film terbaru nih … nonton yuk ? “ kata Anis mengajakku dan Firda
“Ayo-ayo kapan ?” kata ku meminta kepastian .
“Satu minggu setelah hari ini aja , gimana Fir ? mau gak ? tapi
pake uang sendiri loh ya , nabung jangan jajan terus ? “ kata
Anis mengajak Firda .
“ehm…..iya deh …” kata Firda yang sedari tadi ribut sendiri dengan ponsel kesayangannya .
“Dari tadi ngomong terus ? makan yuk , laper nih ?” ajakku kepada mereka .
“Ayo-ayo “ respon Anis dan Firda secara serempak .
Kami pun berjalan menuju tempat favorit kami , yaitu “Mekarsari
Oskab ala Cak Munir “ . Kurang lebih selama limabelas menit kami
disana . Seusai menyantap bakso , kami pun kembali ke rumah
masing-masing karena hari menjelang sore . Dan kami takut jika orangtua
mencari kami .
Satu minggu berlalu . Sepulang sekolah aku merasa letih dan aku pun
tertidur dengan pulasnya . Setelah aku terbangun , aku melihat jam
dinding yang menunjukkan pukul 15.00 , lalu aku mengecek ponsel ku yang
terdapat satu pesan yang belum terbaca , pesan itu dari Anis .
“ Eh ta , jadi nggak nontonnya ?” kata Anis .
Aku
bingung apa maksud pesan itu . Aku berfikir dan diam sejenak . Aku pun
ingat bahwa aku memiliki janji dengannya . Aku tak tahu harus berkata
apa sehingga pesan darinya tak ku balas .
Malam telah tiba . Saatnya aku berangkat ke bimbingan belajar yang tak
jauh dari rumah ku . Sesampainya disana aku melihat Anis dan Firda
sedang duduk dengan manisnya . Aku bersikap biasa saja . Lalu aku
mengeluarkan tugas dari sekolah yang membuat ku bingung bagaimana cara
menyelesaikannya . Aku mencoba bertanya kepada Anis . Tetapi Anis tak
menunjukkan responnya tersebut . Aku tertegun karena Anis tak bersikap
hangat seperti kesehariannya . Dan aku ingat bahwa sikap itu merupakan
perwujudan dari kekesalannya terhadap ku . Akibat aku tak menepati
janji menonton bersamanya . Aku merasa bersalah dan aku pun mencoba
meminta maaf padanya tapi ia tak menghiraukan permintaan maaf ku
tersebut . Perubahan sikapnya mulai disadari oleh Firda dan kak Ivan ,
guru bimbingan belajar ku . Aku meminta pendapat dan pengarahan tentang
apa yang harus aku perbuat .
Pertama-tama aku meminta tolong pada Firda ,agar dia mau membantuku
berbicara kepada Anis . Ia bersedia menolongku dengan mencoba membujuk
Anis . Tapi usaha itu tak membuat Anis mau memberikan maaf nya begitu
saja , mengingat bahwa Anis lah yang sangat ingin menyaksikan film
“Surat Kecil Untuk Tuhan” itu . Aku sedikit kecewa dengan
hal itu .
Akhirnya aku mencoba untuk mencurahkan keluh kesah ku pada kak Ivan .
Kak Ivan berusaha mendamaikan kami , dengan cara berbicara langsung
pada Anis . Akhirnya dengan pendekatan sedemikian rupa , kak Ivan
berhasil membujuk Anis untuk lebih memaknai apa yang sedang terjadi .
Dua hari kemudian setelah kami saling berinstropeksi diri , suasana
mulai mencair dan keadaan kembali dekat seperti sedia kala . Kami pun
kembali bercanda tawa seperti biasanya . Tiba-tiba Anis bercerita .
“Eh, tau gak ? waktu aku marah sama kamu . Aku melakukan sesuatu hal konyol loh ?” ungkap Anis.
“Loh iya ta ? hal konyol apa ? cerita donk ? “ paksa ku dengan antusias .
“Waktu itu , aku melempar uang tabungan ku yang susah payak aku
kumpulkan seminggu penuh yang lalu . Dan uang itu hilang entah kemana
?” jawab Anis .
“Hahahaha , masak sih ? lucu banget ? maaf deh ya gara-gara aku ,
kamu jadi rugi sendiri “ kata ku merasa bersalah .
“Hahaha iya gak papa kok . Lagi pula itu juga salah ku sendiri … “ .jawab nya .
“Itu berarti , hal ini dijadikan pengalaman kita aja ya ? jangan
sampai hal seperti ini terulang kembali “ kata ku dengan nada
datar .
Pengalaman itu menjadikan aku sadar akan pentingnya arti sebuah janji .
Terlebih untuk menjaga keharmonisan persahabatan di antara kita . Dan
kami pun kembali menjadi tiga sahabat yang tak terpisahkan . Oh iya ,
satu lagi . Marah itu tak menyelesaikan masalah kawan … Jangan
selesaikan masalah dengan amarah mu . Tapi selesaikanlah dengan kepala
dingin agar tak merugikan dirimu sendiri .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar